Amir bin Fuhairiyah
Amir bin Fuhairiyah at-Taimiy RA ialah seorang sahabat Rasulullah yang masuk islam pada awal masa-masa islam. Ia melafalkan dua kalimat syahadat sebelum Rasulullah SAW berdakwah di Darul Arqam. Dulunya ia adalah budak milik Thufail bin al-Harits. Ia dibeli Abu Bakar RA as shiddiqh dan dimerdekakan olehnya. Lelaki berkulit hitam pemberani ini lahir dan besar di suku Azad.
Saat Baginda Rasulullah SAW bersama Abu Bakar RA berhijrah ke Madinah al-Munawwarah dan bersembunyi di gua Tsur, Amir bin Fuhariah diberi amanah untuk menggembala kambing-kambing milik Abu Bakar RA yang ditinggalkan. Amir bin Fuhairiyah juga diberi tugas menghapus jejak Abdullah bin Abu BAkar yang kerap pergi ke gua Tsur untuk menyampaikan berita perkembangan kaum Quraisy kepada ayahnya dan baginda Rasulullah SAW. Serta, pada malam hari Amir memerah susu lalu mengantarkan kepada Baginda Rasulullah SAW dan mantan majikannya. Ketika Baginda Rasulullah dan Abu Bakar RA keluar dari gua, Amir bin Fuhairiyah ikut bersama mereka dengan naik kendaraan di belakang Abu Bakar RA.
Semasa hidup di Mekkah, Amir bin Fuhairiyah selalu mendapatkan siksaan dari kaum Quraisy yg bermaksud untuk murtad dari agama islam. Siksaan yang dia terima itu sama sekali tidak bisa menggoyahkan keimanannya. Kesetianannya Kepada Baginda Rasulullah SAW terbukti dengan ikutnya dia dalam perang Badar, Kubra dan Perang Uhud. Amir bin Fuhariyah wafat sebagai syahid dalam peristiwa Bi'ru Maunah pada tahun 4 H, Tragedi yang memilukan itu terjadi saat kedatangan Amir bin Malik kepada Rasulullah SAW. Dengan santun Rasulullah menawarkan Islam kepadanya, tetapi Amir bin Malik tidak menerima ajakan itu. Dan dia berkata "Hai Muhammad, utuslah beberapa orang sahabatmu ke Najed untuk berdakwah disana, saya yakin bahwa meraka akan menerima agamamu". Rasulullah menjawab, " Aku khawatir penduduk Najed akan menyerang kami". Amir bin Malik berusaha meyakinkan, "kirimlah mereka! Aku yang akan melindungi dan menjamin mereka. Biarlah mereka mengajak (orang-orang Najed) kepada agamamu."
Akhirnya Rasulullah SAW menerima permintaan Amir bin Malik dengan mengutus 70 sahabat pilih ke Najed. Diantara mereka terdapat Amir bin Fuhayriyah. Menurut riwayat Ibnu Ishaq dan Ibnu Kastir, dilakuakn 4 bulan setelah perang Uhud dengan membawa misi dakwah mulia dari Rasulullah SAW. Ketika sampai di Bi'ru Ma'unah (nama sebuah desa), mereka mengutus wakil mereka yang bernama Hala bin Milham untuk nabi SAW kepada Amir bin Tufail. Tetapi belum sampai surat itu dibaca, Amir bin Thufail malah membunuh Haram bin Milhan. Disebutkan dalam shahih Bukhari dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik, bahwa ketika Haram bin Milhan ditikam serta darahnya muncrat kewajahnya, ia berseru, "Aku telah sukses demi Rabb Ka'bah". Kemudian Amir bin Thufail memprofokasi bani Amir untuk menyerang para juru dakwah yang lainnya. Tetepi bani Amir menolak dengan mengatakan " Kami tidak akan menghianati Abu Barra (Amir bin Malik)". Amir bin Thufail tak mau menyerah, kemudian dia membujuk kabillah sulaim dari suku Ushaiyyah, Ra'i dan Dzakwan. Kabillah ini menyambut ajakan Amir bin Thufail untuk melakukan serangan mendadak kepada para sahabat. Maka terjadi peristiwa Bi'ru Ma'unah yang sangat memilukan. Pada saat perang tersebut para sahabat melakukan perlawanan, tetepi mereka tidak berdaya karna kurang persiapan. Merekapun gugur termasuk Amir bin Fuhairah yang pada saat itu genap berumur 40th.
Rasulullah SAW bersedih setelah mendengar tragedi tersebut yang menewaskan para sahabatnya. Sementara itu az-Zuhri berkata,"berita tersebut sampai kepadaku menyebutkan bahwa orang-orng mencari jasad Amir bin Fuhairah, tetpi mereka tidak menemukannya. Mereka yakin bahwa malaikat telah menguburkannya." serta Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya para malaikat telah menguburkannya dan ditempatkan ia di maqom yang luhur." Para ahli sejarah mencatat bahwa yang membunuh Amir bin Fuhairah adalah Jabbar bin Sulma al-Kilabi. Pada akhirnya Jabbar bin Sulma al-kilabi menyatakan masuk islam. Penyebabnya adalah ucapan Amir bin Fuhairah, "Demi Allah, aku beruntung Jabbar." Kemudian Jabbar bin Sulma penasaran hingga bertanya kepada orang-orang apa makna ucapan itu. Mereka menjawab, "sesungguhnya yang ia maksud adalah dengan keberuntungan itu ia masuk surga." Mendengar kata itu dia tersentuh dan kemudian masuk islam.